Guru-Guru (ku) Yang Nyata & Yang Maya



Suatu hari KH. Mustafa Bisri pernah berkata bahwa baginya guru itu bisa siapa saja, asal ada sesuatu yang bisa di-GUgu (percaya dan ikuti ucapan-ucapanya) dan di tiRu (dicontoh), maka siapapun dianggapnya guru.

Dalam pemahaman seperti itu, definisi guru menjadi lebih bersifat personal bukan lagi  profesional. Dia tidak harus orang yang berprofesi sebagai pengajar di institusi pendidikan atau orang yang pernah mengajar kita dibangku sekolahan.

Mereka yang kita anggap guru bisa saja adalah orang-orang yang ada disekitar kita,  yang tidak disekitar kita, bahkan yang di dunia maya sekalipun. Siapapun orang itu, selama kita bisa mengambil teladan darinya dan belajar dari pengetahuan yang dimilikinya, mereka semua layak kita sebut sebagai guru setidaknya bagi kita secara personal. 

Tanpa kita sadari ada banyak guru yang  hadir dalam kehidupan kita masing-masing yang telah membentuk diri kita saat ini. Demikian juga dengan saya, meskipun orang-orang yang saya anggap sebagai "guru" itu sebagian diantaranya tidak pernah mengenal saya. Bahkan jangankan kenal bertemu saja tidak pernah. Oleh karena itu bisa jadi mereka tidak sudi menganggap saya sebagai muridnya. Tetapi biarlah, bagi saya tidak terlalu penting soal relasi itu karena belajar tidak mengharuskan adanya pengukuhan status guru-murid.

Namun demikian ada beberapa orang yang saya beruntung dapat belajar langsung darinya. Salahsatunya dari Pak Yusup rekan saya mengajar di SMAN 1 Cibinong. Dari beliaulah saya belajar banyak tentang  pentingnya integritas dan etos kerja sebagai guru. Kekukuhanya dalam menjaga kedua hal itu harus diakui telah telah membentuk budaya kerja kami di sekolah. Lalu ada Pak Bambu dosen sosiologi saya di UNJ, dari Almarhum saya belajar tentang bagaimana menjadi pengajar yang menyenangkan didepan kelas.

Sementara dari yang lainya saya belajar dari buku, artikel, video ceramahnya di youtube, bahkan sekedar dari dari postinganya di sosial media. Cara seperti ini juga biasa saya lakukan untuk mendapatkan pengetahuan dari para cendikiawan. Dari Gus Baha dan Gus Nadir misalnya, tanpa pernah bertemu secara fisik saya bisa belajar lagi tentang islam yang moderat dan solutif. Persoalan yang kompleks dalam islam mampu dijelaskan kedua tokoh tersebut dengan terperinci secara rileks dan ceria.

buku-buku koleksi karya Gus Nadir

Untuk berguru pada orang-orang berilmu dimasa sekarang ruang dan waktu sudah tidak lagi menjadi kendala, teknologi telah menjembatani para pencari ilmu dengan sumber-sumber ilmu. Tidak perlu jauh-jauh pergi ke Rembang atau Melbourne untuk sekedar mendengarkan ceramah agama Gus Baha dan Gus Nadir. Tidak perlu juga pergi ke Amerika untuk belajar lagi tentang dunia pendidikan dan pengajaran dari guru dan trainer hebat macam Nicholas Ferroni, Tom Loud atau Brad Jhonson. 

Semua ilmu dan karya pemikiran mereka kini dapat kita nikmati melalui berbagai platform di internet, salah satunya lewat sosial media. Asal mau mencari, kita akan menemukan para cendikiawan yang rajin mendermakan pengetahuan yang dimilikinya untuk menambah wawasan kita. Bagi orang yang malas membaca seperti saya sosial media cukup membantu untuk belajar lagi.

Akun twitter Yosef Kelik contohnya, dari cuitanya di twitter saya bisa belajar lagi tentang tema-tema sejarah indonesia klasik masa Hindu-Budha dengan cara yang lebih simple. Padahal dulu semasa kuliah tema tersebut kurang saya minati.

Pun ketika kita sedang merasa pesimis memandang kehidupan kita sendiri, siraman nasihat Prie GS yang tersebar lewat karya tulis dan program acaranya di youtube, menumbuhkan kembali optimisme itu. Caranya memandang  kehidupan membantu kita untuk tetap tertawa tergelak dalam menyikapi segala persoalan dan derita yang sedang kita alami.

Tentu masih banyak lagi "guru-guru" diluar sana yang secara konsisten menebar ilmu dan kebijaksanaan untuk membantu para fakir ilmu supaya terus belajar sampai masyarakat kita dipenuhi orang yang tidak saja berilmu tapi bijaksana menggunakan ilmunya untuk kemaslahatan manusia.

Tiga hari yang lalu, tanggal 5 oktober diperingati sebagai hari guru sedunia. Rasanya belum terlambat untuk mengucapkan selamat bagi seluruh guru dimanapun mereka berada. Untuk siapapun anda meski bukan berprofesi sebagai pendidik  namun jika ilmu, nasihat dan kebaikan anda dirasakan manfaatnya oleh banyak orang, anda adalah suri tauladan. Mungkin tanpa anda sadari, anda adalah guru yang dihormati dan dikagumi dimata orang disekitar anda.

Tabik.

Previous
Next Post »
Thanks for your comment