Sejarah Wabah Penyakit yang Mengubah Wajah Dunia

(Pakaian yang dikenakan oleh dokter ketika wabah black death melanda Eropa. tujuanya untuk melindungi mereka dari penyakit yang ditularkan melalui udara. Kostum ini digunakan di Perancis dan Italia pada abad ke-17, terdiri dari mantel panjang kaki dan topeng paruh burung)

Beberapa bulan terakhir perhatian kita terfokus pada mewabahnya sebuah penyakit yang disebabkan oleh virus corona jenis baru atau yang disebut dengan covid-19. Penyakit yang pada awalnya diduga berasal dari pasar hewan liar di Provinsi Wu-Han Cina segera menjadi sebuah epidemi di negara itu.
Jumlah pasien yang meningkat drastis serta penyebaranya yang begitu massif membuat wabah ini dalam waktu yang singkat menjadi pandemi global. Selang beberapa minggu setelah penyakit ini membunuh seorang pria tua di Cina, WHO mengumumkan bahwa virus corona telah menyebar ke 18 negara dan harus ditangani secara serius oleh semua negara di dunia. hingga saat ini (per 21 Maret 2020) sudah lebih 244.000 orang terinfeksi di 160 negara dan lebih 10.000 orang meninggal.
Wabah virus corona telah mengubah wajah dunia dalam sekejap, berbagai bidang kehidupan manusia mengalami dampak akibat penyakit ini. Interaksi social seketika terbatasi karena dugaan penularan virus ini begitu mudahnya antar manusia, kegiatan ekonomi perlahan lumpuh karena banyak perusahaan menghentikan operasionalnya dan memindahkan aktifitas kerja dari kantor menjadi bekerja di rumah (work from home).
Begitu pula dalam dunia pendidikan, negara-negara yang warganya terkonfirmasi terpapar Corona menghentikan kegiatan belajar – mengajarnya dan merumahkan sementara siswa-siswinya. Bahkan aktifitas ritual keagamaan pun tak luput dari dampak virus corona ini, di negara kita himbauan untuk menghentikan sementara ibadah sholat berjamaah telah dikeluarkan untuk menghindari penyebaran virus ini.
Dunia saat ini sedang bahu-membahu untuk menangani pademi global virus corona. Pemerintah setiap negara tengah berupaya mencari solusi terbaik sesuai dengan kondisinya masing-masing untuk menyelamatkan rakyatnya. Para peneliti sedang berpacu dengan waktu untuk menemukan penawar dari penyakit berbahaya ini.
Jika mundur ke belakang, sebetulnya fenomena seperti saat ini bukanlah yang pertama kali bagi umat manusia. Dalam sejarahnya, dunia pernah mengalami beberapa pandemic global yang mengancam keselamatan umat manusia, membunuh jutaan nyawa, menyebabkan jatuhnya sebuah dinasti bahkan sampai mengubah iklim dunia. Mari kita bahas beberapa diantaranya.
Wabah Justinian I (Yustianus)
Wabah Justinian adalah pandemik berupa wabah pes yang menyerang Kekaisaran Romawi Timur (Kekaisaran Bizantium) pada abad ke-6. Wabah ini menewaskan sekitar 30-50 juta orang, atau sekitar 26% dari populasi dunia. Ini juga diyakini sebagai awal mula kemunculan penyakit pes yang dibawa oleh tikus dan disebarkan oleh kutu yang menyebabkan wabah Black Death berabad-abad setelahnya 
Wabah itu mendorong lahirnya rencana Kaisar Justinia untuk menyatukan Kekaisaran Romawi dan menyebabkan kekacauan ekonomi besar-besaran karena perdagangan terhenti, akhirnya kekaisaran ini melemah. Wabah juga menciptakan suasana apokaliptik yang mendorong penyebaran agama Kristen dan kejatuhan imperium Romawi.
Wabah kematian hitam (Black Death), kebangkitan Eropa Barat dan Lahirnya teori Gravitasi
(Orang Eropa berdoa dengan putus asa agar wabah penyakit pes di era 1350-an ini segera berakhir. )
Pada 1347, wabah kembali menghampiri Eropa. Puluhan juta orang tertimpa penyakit, tubuh mereka menyerah pada penyakit dengan cara yang berbeda. Beberapa orang menunjukan bengkak di leher, ketiak, dan paha mereka; beberapa menunjukkan daging yang menghitam karena pendarahan di bawah kulit; beberapa batuk darah karena peradangan di tenggorokan dan paru-paru mereka. Tetapi mereka semua mengalami satu hal yang sama: demam, kelelahan, dan bau busuk yang menguar dari tubuh.
Persentase kematian yang besar ini diyakini berasal dari penyakit pes yang menimpa banyak buruh tani. Ini membuat para pemilik lahan kekurangan tenaga kerja. Akibatnya kemudian, pekerja pertanian jadi punya posisi tawar lebih besar dan menyebabkan runtuhnya sistem feodalisme dan lahirnya sistem ekonomi yang lebih modern.
Upah untuk mempekerjakan orang jadi lebih mahal saat itu. hal inilah yang membuat para pemilik usaha mulai menanamkan modal untuk mengembangkan teknologi guna menciptakan mesin untuk menggantikan manusia. Bahkan ada pandangan bahwa wabah ini mendorong terjadinya imperialisme yang dilakukan negara-negara Eropa.
Perjalanan laut dan eksplorasi dunia baru dulu dipandang sangat berbahaya. Namun dengan tingkat kematian yang begitu tinggi disebabkan oleh pagebluk (epidemi) di negaranya memaksa orang-orang Eropa lebih berani untuk melakukan perjalanan jauh. Ini yang mendorong lahirnya abad penjelajahan dan kolonialisme Eropa mulai berkembang.
Gabungan efek dari modernisasi ekonomi, peningkatan investasi dalam teknologi dan dorongan melakukan ekspansi ke luar negeri dipercaya menjadi faktor yang membuat Eropa Barat menjadi salah satu kawasan paling berkuasa di muka bumi kini.
Wabah Pes kembali muncul di London, Inggris antara tahun 1665 sampai 1666. Saat itu diperkirakan lebih dari 100.000 orang mati akibat penyakit ini. Persis seperti sekarang, saat itu lembaga pendidikan seperti Universitas ditutup. Para cendikiawan pergi ke desa-desa dimana penduduk tidak terlalu padat.
[ Isaac Newton ]
Salah satu diantara cendikiawan itu adalah; Isaac Newton. Memilih untuk bekerja di rumah, tampaknya membuat Newton lebih produktif. Newton mencoba memecahkan soal-soal matematika dari kampus. Makalah yang ditulisnya itu digadang-gadang sebagai cikal bakal kalkulus yang kita kenal sekarang.
Disamping itu, penemuanya dalam bidang optik dan cahaya, kalkulus, serta hukum gerak dan gravitasi disebut-sebut lahir ketika Newton bekerja di rumah (work from home)
Wabah Pes di Indonesia
H.J. de Graaf, ahli Jawa kuno menyebutkan bahwa di tanah Jawa dari tahun 1625 sampai 1627 ditimpa oleh penyakit berat dan menular yang merongrong kesejahteraan dan kekuatan rakyat. Penyakit itu telah membunuh 1/3 penduduk Banten dan 2/3 di beberapa daerah di Jawa Tengah.
Awal abad 20, penyakit ini mewabah kembali di Hindia-Belanda (Indonesia). Antara tahun 1910-1939 wabah ini memakan 39,254 korban jiwa di Jawa Timur dan 4.535 di Yogyakarta. Yang terparah adalah Jawa Tengah. Di tanah itu, pes hitam mematikan 76.354 orang. Tak berhenti sampai situ. Wabah pes terus merembet ke bagian barat tanah Jawa. Pada 1920-an, pes mulai menyerang Cirebon, Priangan, dan Batavia. Angka kematian yang diakibatkan pun besar. Dari periode wabah 1933-1935, pes hitam mencabut 69.775 nyawa di Jawa Barat.
Akibatnya, pemerintah kolonial kehilangan banyak pekerja dan buruh kasar yang tenaganya biasa mereka pakai di perkebunan, pertambangan mineral, hingga pembangunan jalan. Dari sisi ekonomi politik, pes hitam berdampak besar pada penyusutan arus kas Belanda. Dalam arti lain, wabah pes hitam amat mengancam eksistensi Hindia Belanda kala itu.
Upaya pemberantasan yang dilakukan pemerintah kolonial kacau balau. Para dokter Eropa di Batavia banyak banyak menolak mengobati pasien pes yang rata-rata masyarakat pribumi. Melihat kondisi tersebut, Dokter Tjipto Mangunkusumo bersama dokter Jawa lulusan STOVIA lainnya terpanggil untuk menolong saudara-saudaranya setanah air.
Kehadiran Dr. Cipto dan rekan-rekanya menjadi oase ditengah sikap rasial dokter-dokter Belanda yang enggan menyentuh pasien pribumi.
Wabah cacar di Amerika dan Perubahan Iklim
Orang-orang Eropa mengenalkan sejumlah penyakit baru ketika pertama kali tiba di benua Amerika pada tahun 1492. Salah satunya adalah cacar, sebuah penyakit menular yang menewaskan sekitar 30 persen dari mereka yang terinfeksi.
Selama periode tersebut, cacar merenggut nyawa sekitar 20 juta orang atau hampir 90 persen dari populasi di Amerika saat itu. Artinya Pembunuh terbesar yang dibawa orang Eropa ke Amerika adalah penyakit cacar
Namun, pandemi ini justru membantu para orang Eropa untuk menjajah dan mengembangkan daerah-daerah baru yang dikosongkan. Bencana yang mengerikan dan membuat sengsara manusia di benua Amerika ini juga punya dampak lain terhadap dunia
Dengan berkurangnya jumlah manusia di bumi, berkurang juga jumlah tanah yang dijadikan pertanian atau dihuni. Kawasan luas kemudian kembali menjadi hutan atau padang rumput.
Kawasan yang berbuah seperti itu diperkirakan luasnya 560.000 kilometer persegi, sama dengan Prancis atau Kenya. Pertumbuhan besar tanaman dan pohon menyebabkan penurunan drastis kadar karbon dioksida (CO2) dan ini terekam dalam contoh es dari Antartika sehingga terjadi penurunan suhu di berbagai tempat di dunia Saat itu suhu iklim global menurun
Kolera
Kolera meskipun masih dikenal sebagai epidemi tapi telah memiliki syarat sebagai pandemi, karena persebaran dan dampaknya yang simultan pada manusia dan menewaskan ratusan ribu manusia.
Kolera dilaporkan menginfeksi 1,3 juta hingga 4 juta orang setiap tahun, dengan kematian tahunan berkisar antara 21.000 hingga 143.000.
Penyakit ini sendiri disebabkan oleh konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi oleh bakteri tertentu. Oleh karena itu, wabah kolera sangat membahayakan negara-negara dengan kesenjangan yang tinggi, kemiskinan, tingkat kesehatan rendah dan pembangunan sosial yang kurang.
Masa kolera yang panjang menciptakan dampak politik di beberapa tempat dan kejadian. Di Perancis pandemi ini menyebabkan revolusi Paris pada 1832. Saat itu Paris adalah kota yang kotor dan membuat kolera mudah tersebar. 20 ribu orang meninggal akibat Kolera di Paris.
Flu Spanyol (H1N1)
Ada dua versi yang menyebutkan asal kemunculan virus Flu Spanyol. Perkiraan pertama, virus ini mulai mewabah di kompleks militer Fort Riley, Amerika Serikat pada Maret 1918. Virus ini lalu menyebar ke Eropa ketika Amerika Serikat mengirim tentara ke medan Perang Dunia I. Perkiraan lain menyebutkan, wabah flu Spanyol bermula di Swedia atau Rusia dan lalu menyebar ke Cina, Jepang, hingga Asia Tenggara.
Spanish Flu menyebabkan kematian sekitar 40-50 juta orang hanya dalam kurun waktu satu tahun saja. Pada saat itu, tidak ada obat atau vaksin yang efektif untuk mengobati jenis flu yang mematikan ini. Warga diperintahkan untuk mengenakan masker; sekolah, teater dan bisnis ditutup; mayat-mayat ditumpuk di kamar mayat sementara sebelum virus berakhir pada musim panas tahun 1919.
Virus ini menghilang secara misterius karena dibayangi oleh kematian pada Perang Dunia I dan tertutupi oleh pemadaman berita dan pencatatan yang buruk. Satu abad setelahnya ia kembali dan dikenal sebagai Flu Babi meski tidak menyebabkan jumlah kematian seperti pada saat kemunculan pertamanya.
Ebola
Virus Ebola dinamai sesuai dengan sebuah sungai yang dekat dengan lokasi awal wabah. Pandemi ini dimulai dari sebuah desa kecil di Guinea pada tahun 2014 dan menyebar ke beberapa negara tetangga di Afrika Barat.
Virus ini telah menewaskan 11.325 orang dari 28.600 orang yang terinfeksi, dengan sebagian besar kasus di Guinea, Liberia, dan Sierra Leone. ;
Penanganan kasus virus Ebola diperkirakan menelan biaya total sebesar 4,3 miliar dollar AS dengan investasi masuk menurun secara dramatis di tiga negara terdampak.
Adakah hal positif dibalik semua ini?
Dampak yang dibawa virus ini bukan hanya hal-hal tersebut, namun juga telah memporak-porandakan ekonomi banyak negara. Bahkan, beberapa negara terancam masuk ke jurang resesi karenanya dan ekonomi dunia terancam mengalami perlambatan.
Namun demikian, menurut antropolog interdisipliner dan ilmuwan kognitif Samuel Paul Veissière Ph.D., ketakutan yang berlebihan yang muncul terhadap virus itu justru merugikan. Sebab, bisa menimbulkan risiko sosial, ekonomi, dan psikologis yang bisa hadir tanpa disadari.
Lebih lanjut, Veissière menjelaskan bahwa wabah corona yang sedang kita hadapi sekarang ternyata punya banyak sisi baik. Menurutnya ada beberapa hal baik lain yang tersembunyi dari COVID-19, seperti yang dia jelaskan berikut ini :
1. Meningkatkan kewaspadaan dan rasa syukur
berita buruk mengenai virus ini di media telah membuat umat manusia lebih memperhatikan kesehatan dan mensyukuri kebaikan yang ada pada tubuh masing-masing pribadi.
"Kita lebih sadar, dan bersyukur atas rantai kompleks dari produksi, pasokan, pemeliharaan, dan perawatan yang tanpanya masyarakat kita tidak bisa hidup. Yang paling penting, kita sekarang diingatkan bahwa kita memiliki, dan bahwa kita adalah, masyarakat global. Menjaga satu sama lain adalah hal yang memungkinkan manusia untuk bertahan hidup dan berkembang melawan segala rintangan.
2. Mempererat persaudaraan
Menurut Veissière, semenjak COVID-19 muncul, banyak negara-negara di dunia mulai gotong-royong, bekerja sama dengan negara lainnya di belahan dunia. Bahkan, bukan hanya dalam skala besar, di antara individu, tingkat kepedulian terhadap sesama juga makin tinggi.
Contohnya adalah banyak orang rela membantu orang lain mengambil tindakan pencegahan untuk melindungi mereka yang lemah, bahkan terhadap orang asing sekalipun. Juga, terhadap musuh, sebagaimana yang terjadi dengan Israel dan Palestina.
3. Memperluas batasan psikologi
Veissière mengatakan, bencana alam biasanya menyatukan orang dan memicu tindakan solidaritas spontan di antara orang asing. Namun, itu semua terjadi melalui berbagai ujian atau bencana. Sebab pada masa lalu kemunculan pandemi atau bencana kerap kali memicu lahirnya xenophobia, diskriminasi, konflik, dan persaingan untuk sumber daya.
"Tetapi manusia tampaknya telah belajar dari kesalahan masa lalu." katanya. Pandemi telah menawarkan peluang nyata untuk menyatukan seluruh umat manusia untuk melawan ancaman nyata, dan tanpa tanpa memikirkan batas kesukuan, rasis, atau eksklusifitas sebuah komunitas."
4. Memberi jeda
Hal baik lain yang datang dari wabah COVID-19 adalah membantu kita mengambil jeda dari kerja keras dan produktivitas berlebih, kata Veissière. Sebab, wabah ini telah membuat banyak orang terpaksa harus mengkarantina diri, tidak perlu bekerja keluar rumah, tidak perlu pergi ke sekolah, tidak bisa melakukan perjalanan ke luar kota atau bahkan luar negeri.
Di saat-saat seperti ini juga banyak orang mungkin memiliki lebih banyak waktu untuk beristirahat, menjalankan hobi, hingga merawat diri dan berkumpul bersama orang-orang terkasih. Di mana pada akhirnya membuat manusia lebih menghargai diri sendiri dan orang lain, dan mengurangi tingkat stress.
"Ketika langkah-langkah jarak sosial (social distancing) sedang dilaksanakan di seluruh dunia, ada peningkatan tajam dalam kualitas udara yang menyelamatkan jiwa terjadi mulai dari di China sampai Italia, dengan ;emisi karbon mencapai titik terendah baru ;setiap hari karena berkurangnya perjalanan udara."
5. Menyadarkan pentingnya seseorang dan hubungan
Veissière mengatakan, di saat orang diisolasi, mereka akan mulai memikirkan orang-orang yang tidak ada di sekitar, seperti teman, kerabat, keluarga, hingga rekan kerja. Dari sini, mereka akan mempelajari pentingnya untuk tetap menjadi terhubung dengan orang-orang di luar sana sembari memastikan keselamatan diri sendiri dan orang lain.
"Ada waktu untuk segala sesuatu di bawah matahari ... ada waktu untuk memeluk, ada waktu untuk menahan diri dari memeluk. Sulit untuk menerima bahwa hal terpenting dan bermanfaat yang dapat kita lakukan saat ini adalah tetap di rumah. Tapi kita melakukan itu untuk menyelamatkan hidup dan saling menjaga satu sama lain."
"Mari kita bersyukur bahwa masa-masa sulit ini telah membawa kita lebih dekat bersama. Matahari akan terbit kembali."

(artikel diatas saya kutip dari berbagai sumber dengan beberapa modifikasi tanpa menghilangkan esensi tulisan aslinya)
 Sumber :
  • Kompas.com 24/03/2020 : Wabah Penyakit Menular Terjadi Setiap 100 Tahun
  • Katadata.co.id 25/3/2020 : Sejarah Pandemi dan Epidemi di Dunia yang Memicu Gejolak Politik
  • Asumsi.co 18/03/2020 : Manusia VS Pandemi, dari Masa ke Masa
  • Historia.id : Wabah Penyakit Mematikan di Banten dan Jawa Tengah
  • cnbcindonesia.com : 18/03/2020 : Ambil Positifnya, Wabah Corona Berikan Sisi Baik Untuk Umat Manusia
  • voi.id 17/03/2020 : blackdeath, wabah pencabut puluhan juta nyawa yang ditangani ogah-ogahan oleh pemerintah kolonial.

Previous
Next Post »

3 komentar

Click here for komentar
30 Maret 2020 pukul 07.13 ×

Alhamdulillah terima kasih bang pencerahannya. Analisanya mantap

Reply
avatar
1 April 2020 pukul 23.44 ×

Mantap pak, lanjutkan! Salam dari saya murid bapak, yang masih memfavoritkan bapak sebagai guru sejarah terbaik selama masa SMA! Hehe

Reply
avatar
fufu99
admin
2 April 2020 pukul 22.58 ×

sekarang sy yg mengidolai kamu yaa.. mahasiswa hukum namun sudah menunjukan bakat jadi penulis yg handal.

sy pesan buku kamu gimana caranya?

Reply
avatar
Thanks for your comment